Cinta adalah energy yang tak dapat diciptakan, juga mustahil untuk dimusnahkan
[Bryce Courtney]
14
Februari. Mereka menyebutnya hari kasih sayang. Segala pernak-pernik
berbau romantisme tumaph ruah di berbagai sudut kehidupan. Boneka,
mawar, coklat, hadiah. Seperti kemarin. Puluhan, bahkan mungkin ratusan
orang yang menginjakkan kaki di planet bernama bumi merayakannya,
terlebih anak muda. Hari itu seperti hari keramat bagi mereka. haram
hukumnya bila tak dirayakan, apalagi yang memiliki pujaan hati. Saling
bertukar hadiah. Saling mengutarakan kata cinta bahkan asyik masyuk
memadu kasih berdua. Namun benarkan itu kasih sayang sebenarnya? Dan
haruskah di tanggal 14 Februari?
Bagiku,
kasih sayang tak terbatas. Seperti juga kesabaran yang tak terbatas.
Hanya manusialah yang kadang memberi batasan pada cinta, pada sabar.
Kasih sayang dan cinta adalah symbol kebebasan. Bukankan hak siapa saja
untuk mencinta? Jika cinta hanya di ‘rayakan’ pada 14 Februari saja,
bukankan itu justru memasung kebebasan cinta itu sendiri? Bukankah ia
harusnya bebas dikeluarkan kapan saja? Berarti tak salah dong, kalau dikeluarkan saat valentine? [kata mereka] penganut faham valentineisme. haaaa
Hmmm, omong-omong valentineisme ada cerita menarik saat valentine kemarin. Kebetulan 14 Februari bertepatan dengan SatNight. Berarti waktunya apel. Tapi sayangnya, satnight kemaren
justru dihadiahi hujan sama Yang Kuasa. Jadi acara ape rada terganggu.
Itu juga yang dialami salah satu sahabat. Alih-alih peergi kencan dengan
sang kekasih, justru malah pertengkaran yang didapat. Kebetulan hujan
memang cukup lebat ditempat sahabatku, jadi agak males juga untuk keluar
rumah. Tapi tak begitu halnya dengan sang kekasih. Ia justru menuntut
untuk pergi kencan. Katanya ‘hujan justru ujian buat cintamu sama aku. Kalau kamu berani sama ujan berarti kamu emang bener-bener cinta sama aku’..
hmmm, bikin pusing bukan? Haruskah perjuangan cinta dilakukan dengan
cara begitu, menerobos lebatnya hujan hanya buat ketemu belahan hati?
Padahal besok, lusa masih bisa bertemu dan bahkan bisa lebih lama untuk
saling memadu cinta. Mungkin ‘kesakralan’ valentine day lah yang membuat bertemu dengan sang kekasih berasa wajib.
Karena itulah aku tak pernah percaya dengan yang namanya valentine day. Bagiku
valentine berlangsung setiap saat, setiap hari. Kapanpun dan dimanapun.
Bukankah makna valentine adalah memberi cinta dan kasih sayang? Jadi
tak salah kan kalau cinta kita berikan setiap waktu? Bukankah justru itu
yang membuat cinta lebih kokoh? Karena, tak perlu menggunakan kata-kata untuk memberitahukan seseorang kalau kita mencintainya [My Bromance].